
Didier
Drogba tak pelak menjadi salah satu aktor penting keberhasilan Chelsea
di final Liga Champions. "From Hero to hero!" demikian label yang bisa
dilekatkan kepadanya.
Drama tersaji di Allianz Arena, Minggu
(20/5/2012) dinihari WIB. Bayern Munich yang nyaris sepanjang laga
menguasai jalannya laga pada akhirnya menjadi pihak yang kalah. Para
pemain mereka bergelimpangan di lapangan ketika laga habis, menutup
muka, sedih, sementara Chelsea berada di tribun mengangkat trofi.
Bayern yang tak henti-hentinya membombardir gawang Chelsea sempat
berteriak kegirangan ketika sundulan Thomas Mueller di menit ke-83
memantul tanah, mengenai mistar gawang, dan akhirnya masuk ke gawang
Chelsea. Lihat saja ekspresi kegembiraan Mueller. Ia berteriak, terjatuh
ke tanah karena rekan-rekannya berebut untuk memeluknya.
Mueller akhirnya meninggalkan lapangan pada menit ke-87. Ia digantikan
oleh Daniel Van Buyten, seorang bek--mungkin Jupp Heynckes mengira laga
sudah usai atau secara rasional, ingin "menutup laga" pada saat itu
juga. Mueller sendiri berjalan ke bangku cadangan senyum terkembang di
wajah. Ia mlakukan tos kepada rekan-rekannya sebelum akhirnya duduk di
bench.
Siapa sangka semua kegembiraan itu lenyap semenit kemudian?
Berawal dari sebuah sepak pojok--yang mana merupakan sepak pojok
pertama Chelsea pada laga tersebut, berbanding dengan belasan sepak
pojok yang dimiliki Bayern--Didier Drogba melompat dan menanduk dengan
keras bola hasil sepak pojok Juan Mata. Bola mengarah ke tiang dekat dan
Manuel Neuer tak mampu membloknya.
Skor berubah menjadi 1-1.
Drogba berlari ke sisi lapangan dan meluncur di atas tanah, merayakan
kesuksesannya. Siapa bilang final sudah usai?
Momen Menjadi 'Zero'
Drogba menjadi 'Hero'. Skor 1-1 tersebut membuat pertandingan harus
dilanjutkan ke babak tambahan waktu, dan sial baginya, dirinya sempat
menjadi 'Zero' di sini. Akibat kecerobohannya menyenggol engkel Frank
Ribery dari belakang, Bayern mendapatkan penalti. Tak hanya itu, Ribery
pun tak bisa melanjutkan pertandingan lagi dan akhirnya digantikan Ivica
Olic. Laurent Blanc bisa jadi harap-harap cemas melihat hal tersebut.
Tapi, Arjen Robben yang menjadi algojonya membuang kesempatan itu.
Tendangan penaltinya dengan mudah dibaca oleh Petr Cech dan diblok oleh
penjaga gawang asal Republik Ceko itu. Chelsea selamat, skor tetap 1-1,
dan Drogba tidak berubah menjadi pesakitan.
Lalu, waktu
bergerak ke menit 120. Drama adu penalti dimulai. Siapa sangka Olic yang
masuk menggantikan Ribery menjadi salah satu pemain selain Bastian
Schweisnteiger dan Juan Mata yang gagal mengeksekusi penalti.
Schweinsteiger barangkali menjadi yang paling menyesal. Ketika
seharusnya dia menjadi pahlawan untuk timnya, sepakannya malah membentur
tiang gawang.
Jadilah Drogba mendapatkan kesempatan untuk
menjadi algojo. Tidak seperti Robben, Olic, ataupun Schweinstiger,
bomber asal Pantai Gading itu dengan tenang mengeksekusi tendangannya.
Neuer sekali lagi berhasil ditaklukkannya. Dan yang paling penting lagi,
Eropa berhasil ditaklukkannya.
Drogba berubah lagi menjadi 'Hero'.
Berbuat Demi Tim
Sesungguhnya, ini bukanlah pertama kalinya Drogba menjadi pahlawan bagi
Chelsea di sebuah partai besar. Beberapa pekan silam, ia menyumbang
satu gol untuk membawa The Blues mengalahkan Liverpool. Drogba memang
punya catatan bagus jika berlaga di Wembley dan itulah yang membuat
Roberto Di Matteo memilih untuk memainkannya ketimbang Fernando Torres.
Dengan statusnya kini sebagai pahlawan yang membawa Chelsea menjadi
juara Eropa, pertanyaan yang belakangan menggantung pun muncul lagi;
apakah kontraknya akan segera diperpanjang?
Ya, kontrak Drogba
dengan penghuni London Barat itu tak lama lagi akan berakhir dan sampai
saat ini belum ada tanda-tanda pembicaraan untuk memperbaruinya. Drogba
sendiri tampak enggan membicarakannya, apalagi menjelang final di Munich
ini. Ia memilih untuk berkonsentrasi dulu dengan laga final.
"Yang paling penting untuk saya saat ini bukanlah masa depan saya,
tetapi tim. Sungguh. Saya ingin memberikan segalanya bagi tim dan
fans-nya. Baru setelah itu kita pikirkan yang lainnya," tukas penyerang
berusia 34 tahun ini sebelum final berlangsung.
Dengan
keberhasilannya mengantarkan Chelsea menjad juara, Drogba tercatat
menjadi pemain asal Afrika ketiga yang pernah mengangkat trofi
Piala/Liga Champions. Dua pemain lainnya adalah Rabah Madjer (1987) dan
Samuel Eto’o (2006 dan 2009).